PADANG – Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas (LPPM Unand) Dr Uyung Gatot S. Dinata mengungkapkan Unand mampu menghasilkan 1.000 judul riset per tahun.
Kemudian, sebanyak 400 judul pengabdian kepada masyarakat per tahun telah menjadi hilirasisi dari riset.
“Semenjak bergabungnya dengan Kemenristek Dikti, peran dosen tidak hanya sebagai pengajar dan peneliti tapi juga bisa menjadi inventor dan innovator, tentu harus ada output sebagai inventor dan innovator, ” ungkap Uyung usai penandatanganan naskah Memorandum of Understanding (MoU) antara Unand dan PT Kimia Farma Tbk, Jumat (25/3/2022) lalu.
Uyung menyebutkan, Unand selalu mengupayakan setiap hasil penelitian bisa menjadi produk, baik itu dalam bentuk kemasan, merek, sertifikasi halal dan izin edar.
Untuk mewujudkan itu, lanjut dia, Unand harus memiliki jaringan bisnis seperti dunia usaha dan dunia industri pada umumnya, agar produk riset bisa diproduksi secara massal dan dikomersialisasikan.
Uyung berharap dengan adanya kerja sama antara Unand dan PT. Kimia Farma Tbk dapat membantu tim dosen peneliti agar dapat menghilirisasi hasil riset penelitiannya dan dapat dikembangkan.
Di depan para pimpina PT Kimia Farma Tbk, Uyung memamerkan sejumlah produk inovasi hasil riset dosen Unand, seperti pangan fungsional, obat herbal, dan alat-alat kesehatan. Pada kesempatan itu, Uyung didampingi Dr. Eka Candra Lina, selaku Ketua Science Techno Park Universitas Andalas (STP Unand).
Sementara itu, naskah Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani oleh Rektor Unand Prof Yuliandri dan Direktur Utama PT. Kimia Farma Tbk, akan fokus pada hilirisasi hasil riset dan kerja sama penelitian dosen Unand.
“Kita berharap bukan hanya dari segi penyerapan alumni (bekerja di Kimia Farma), tapi kerja sama antara dua institusi ini dapat berkembang dengan melakukan hilirisasi produk hasil riset Unand, ” ujar Direktur Utama PT. Kimia Farma Tbk, Verdi Budidarmo. (**)